
Memang benar, kehidupan di bumi ini dibuat dengan sangat dinamis. Perputaran nasib tersebut adalah kenyataan yang ada untuk mengingatkan kita supaya tak cepat sombong. Bagi mereka yang memiliki rezeki lebih, jangan mudah bertindak seenakunya. Sementara bagi orang-orang yang tengah tertimpa musibah, jangan selalu meratapi kesedihan.
Perjalananku selama lima puluh tahun ini sudah mendidikku dengan begitu banyak pelajaran. Aku merasa sangat bersyukur atas semua pengalaman baik itu yang telah lalu maupun yang tengah kujalani saat ini. Aku hanya menempuhnya sambil berusaha sebaik mungkin sesuai kemampuanku.
Mengenai kisah pulang kampung, saya punya pengalaman menarik sekali. Saat itu, keluargaku benar-benar menjalani gaya hidup hemat. Bahkan sampai pada titik di mana kita tidak mampu membeli tiket untuk mudik, apalagi membayarkan zakat fitrah bagi seluruh anggota keluarga harus membuat kami berpikir keras.
Selama berbuka puasa, saya rutin berkunjung ke sejumlah masjid secara bergilir-giliran. Pada minggu-minggu terakhir bulan Ramadhan, saya melakukan itikaf dan juga makan sahur di masjid dengan jadwal tertentu. Ini cukup membantu dalam menekan biaya keluarga.
Pada saat Idul Fitri dulu, tak pernah terpikir olehku untuk mudik ke desa asalkan. Sudah lama sebelumnya, aku dan istriku merencanakan bagaimana menjawab pertanyaan tersebut. Ketika orang tua ataupun kerabat bertanya tentang kapan kita akan pulang, kami sudah memiliki balasan yang disepakati bersama.
Apakah itu sistem pre-booking untuk tiket kereta? Keadaannya cukup sulit secara finansial. Kita kurang bersemangat mengincar tiket pulang kampung walaupun informasi tentang pembelian tiket sudah banyak dibahas. "Ya ampun, uangnya dari manakah?" demikian pikiran ini berkata dalam hati.
Dapat disebutkan, kita cukup tenang saat memasuki pekan terakhir bulan Ramadhan. Orang tua serta keluarga telah menyadarinya jika kita sering tak hadir. Kita menciptakan alasan yang rumit agar mereka tidak tahu bahwa sebenarnya kita tengah melakukan pengeluaran seminimal mungkin.
Di sore hari ketika kita memasuki tanggal 27 Ramadan, sekitar lima menit sebelum waktu berbuka puasa. Ponsel saya tiba-tiba berdering; layarnya menampilkan sebuah nama yang sungguh familier. Saya mendapat telepon dari seorang teman dengan siapa sudah cukup lama kenal dan akrab.
"Pak, mohon bantuannya. Tiba-tiba dapat kesempatan untuk mengikuti program mudik Lebaran gratis, bisa ya?" demikian terucap melalui telepon tersebut.
--- ----
Kompasianer, saya sepenuh hati setuju bahwa definisi teman merupakan kekayaan yang tidak ternilai bagi saya. Saya sungguh mengerti betapa krusialnya untuk merawat persahabatan dengan sebaik mungkin.
Untuk sahabat yang sudah lama dikenali ataupun baru saja bertemu, hindari keinginan untuk menyalahi janji yang telah disampaikan. Jangan sampai Anda dengan sengaja menghalangi, merendahkan apalagi melukai mereka. Kedepannya mungkin terdapat hal-hal tak terduga di mana kita akan memerlukan pertolongan dari pihak mereka.
Sikap serta kata-kata harus dijaga supaya teman-teman merasa nyaman ketika berkumpul. Tidak perlu menyinggung, bertingkah sombong, atau membicarakan orang lain karena hal tersebut tidak bermanfaat sama sekali. Usahakan untuk selalu tampil dengan senyum bahagia, meskipun sebenarnya mood Anda lagi kurang baik.
Setelah itu amati dan nantikan, kedatangan momen tak terduga yang menghadirkan keajaiban. Suatu keajaiban yang muncul pada waktunya tepat ketika kita amat sangat memerlukannya. Walaupun penderitaan belum tentu disebutkan, atau bahkan kita jarang menyampaikan bahwa kita membutuhkan bantuan.
Saya percaya bahwa para Kompasianer mengerti tentang standar perilaku yang sesuai untuk orang dewasa. Memelihara persahabatan dapat dibandingkan dengan menjaga sebuah kekayaan.
Jika kita bertingkah sembarangan, maka teman-tingkah mereka menjadi tidak terkendali. Namun bila kita dapat mengontrol diri dengan baik, pastinya teman-teman akan mulai merespecti dan menyayangi kita. Bahkan sekecil apa pun dampak positif yang ditimbulkan, tetap perlu dipupuk. Dengan begitu, pengaruh tersebut bakal dihargai oleh orang-orang di sekitar kita.
Terkait dengan masalah tiket pulang kampung, sepertinya ada semacam energi yang tak terduga. Temanku ini mendapat dorongan untuk menekan nomorku. Meskipun sebenarnya kita sudah cukup lama tidak berkomunikasi secara langsung maupun bertatap muka. Kami hanya kadang-kadang saling memberikan likes pada unggahan media sosial dan sesekali melihat cerita Instagram satu sama lain.
Saat sedang mencari tiket namun tak berani harap karena kurangnya dana, teman secara mengejut muncul dan tiket pulang kampung pun semakin dekat.
Berikut adalah ceritaku mengenai perjalanan pulang yang tak terencana.
Ceritaku tentang Perjalanan Pulang yang Tidak Diencani"Bila menghadapi kesulitan yang sulit di telan sendiri, beri tahu pasanganmu. Jangan menceritakannya kepada orang tua, nanti mereka khawatir," nasihat kakak iparmu.
Pernah suatu waktu, saya bersama istrinya menikmati suasana yang luas dan menyenangkan. Ada saat ketika diajak untuk menghadiri pesta perkawinan seorang teman di Jogja, kami tanpa ragu memesan tiket pesawat pulang-pergi (PP) begitu saja. Untuk kenyamanan yang lebih baik, kami memilih untuk bermalam di sebuah hotel di Jogja.
Keluarga pulang ke desa dengan menggunakan pesawat dan membawa serta ibu mertua saat itu. Karena bandara terdekat berada di Solo yang memerlukan waktu perjalanan sekitar satu setengah jam, mereka menyewa mobil untuk menuju ke rumah.
Si kecil belum lama ini lahir dan selalu mendapat apa pun permintaannya, terutama soalmainan. Akibatnya, kamarnya dipenuhi dengan bermacam-macam mainan yang kerap kali dibiarkan berantakan di mana saja. Di sudut ruangan ada tumpukan kaset VCD, mayoritas adalah koleksi film animasi favorit si kecil tentang Thomas and Friends.
Eits, roda kehidupan benar-benar berputar. Kita pun dulu pernah merasakan situasi sulit, di mana harus menunggu gaji masuk baru bisa membeli beras. Ada pula masa-masa bikin konten untuk suatu merek yang membayarnya dengan voucer belanja. Voucernya saya terima, lalu digunakan sebagai tambahan uang bulanan sang istri.
Meskipun kami mengalami kesulitan apa pun, saya dan istriku setuju untuk tidak memberi tahu orang tua kami tentang hal itu. Mengingat nasihat dari saudara iparku, hanya kabari mereka dengan berita baik kepada orang tua. Karena usia mereka telah lanjut, kita harus menjaga agar tidak menambah beban pikiran mereka.
Terkait kebijakan pulang kampung, kami sampaikan dengan sangat teliti. Namun setelah itu, tanpa mereka sadari aku perbaiki aturannya. Aku tetap dapat pulang kampung, dan bahkan dengan fasilitas kelas eksekutif.
--- ---
Bagaimana dengan program pulang kampung gratis itu, Mas?" tanyaku sambil mengutarakan rasa ingin tahuku yang tinggi.
"Begini nih mas, ini merupakan kali pertama perusahaan kita menyelenggarakan program pulang kampung secara cuma-cuma," sahabatku pun memulai penjelasannya.
Sederhananya begini, saya berkesempatan memperoleh dua buah tiket pulang kampung secara cuma-cuma. Tiket tersebut merupakan jenis tiket kereta untukkelas eksekutif. Untuk keberangkatannya sendiri dijadwalkan satu hari sebelum Hari Raya Lebaran dan bertepatan dengan waktu sesudah shubuh.
Mengetahui berita bagus tersebut, kepala saya terasa disiram dengan air dingin yang segar. Saya sungguh mengucapkan rasa terimakasih, karena kabar baik dari sahabat adalah suatu karunia. Saya setuju dan akan langsung memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Setelah berkonsultasi dengan pasangan saya, ternyata mustahil bagi seluruh keluarga - 4 orang - untuk pulang kampung bersama-sama. Kebetulannya, ada keponakan yang sedang menempuh pendidikan di Bogor dan merencanakan untuk mudik menuju Solo pada Lebaran kali ini. Oleh karena itu, kami setuju bahwa salah satu tiket akan diserahkan kepada sang keponakan.
Karcis lebaran yang jika dibeli memiliki harga mendekati satu juta untuk setiap karcisnya. Pada hari tersebut, saya diberikan secara cuma-cuma untuk dua tempat duduk sekaligus. Sebenarnya, bahkan hanya untuk membeli karcis kelas ekonomi saja sudah membuat saya harus berkali-kali berfikir.
Saya terus-menerus mengungkapkan kesyukuran karena rahasia Ilahi datang dengan sangat mendadak dan membingungkan. Meskipun saya sedang berhemat-hemat, alam semesta tetap membuka jalannya yang tidak dapat diduga.
Saya dapat pulang kampung menggunakan kereta eksekutiv dan melewati rute yang sungguh istimewa. Hal ini terjadi secara mendadak, disponsori oleh seorang teman yang sudah lama tidak bertemu.
Sekarang saya mengulangi ceritanya, merespons topik Ramadan Bercerita pada . Ini menjadi kisah perjalanan pulang yang tak terencana untukku.
Semoga bermanfaat.
0 Komentar