Oki Setiana Dewi telah tinggal selama enam bulan di Mesir bersama keluarganya yang terdiri dari sang suami dan empat orang anaknya. Di sana, dia membesarkan ketiga buah hatinya serta meneruskan pendidikan formalnya di Universitas Al-Azhar, seorang ibu.
Pilihan tinggal di Mesir telah dipersiapkan dari waktu yang lama oleh Oki bersama dengan suaminya, Ory Vitrio. Mereka bahkan mengatur agar putra-puteranya mempelajari Bahasa Arab sebelum pindah ke Mesir. Sekarang ini, buah hati Oki tengah menjalani proses pembelajaran mereka di sebuah sekolah Mesir.
Belum lama ini, Oki menyampaikan berita terbarunya sambil tinggal di Mesir. Saudara dari Ria Ricis itu membongkar tentang culture shock pada awalnya saat menetap di Tanah Para Profet ketika keadaan sang anak terkecil, Sulaiman, menderita suatu penyakit jarang terjadi.
Culture shock saat pindah ke Mesir
Pada awal tinggal di Mesir, Oki serta keluarganya sempat merasakan beberapa hal sulit. culture shock. Satu hal yang mengejutkan adalah perbedaan kondisi jalan di Mesir dibandingkan dengan di negeri kita sendiri.
"Yang terburuk biasanya adalah kemacetan yang tidak rapi, atau dengan kata lain, ada begitu banyak kecelakaan di sana, sehingga perlu berhati-hati saat menyebrangi jalan," ungkap Oki, demikian dilansir dari source. YouTube Oki Setiana Dewi . sudah mohon persetujuan untuk menyadur isi ini.
7 Foto Terkini Oki Setiana Dewi Sejak Tinggal di Mesir Selama 5 Bulan, Syukur Anak-Anak Cepat Beradaptasi
|
Di samping urusan lalu lintas di Mesir, Oki bersama dengan keempat putranya pun pernah mengalaminya. culture shock Dengan intonasi berbicara dan perilaku orang-orang di sana, Bu. Menurut pendapatnya, di beberapa area di Mesir masih terdapat individu yang berbicara dengan nada suara yang keras.
"Pada beberapa area kebisingannya cukup tinggi ketika berbicara, dan terkadang ada juga yang melemparkan barang-barang. Namun bukan semua orang sih, hanya sebagian saja," jelas wanita berusia 36 tahun tersebut.
Oki menyebutkan bahwa bukan berarti semuanya menjadi seperti itu. culture shock Yang bersifat negatif ditemuinya selama hidupnya di Mesir. Di tempat itu pula, dia menemui beberapa pengalaman menyenangkan bersama penduduk setempat. Antara lain, sikap masyarakat Mesir yang dinilai cukup terbuka ketika ingin menyampaikan niat baik.
"Tapi kalau culture shock Yang terbaik, sepertinya orang Mesir ini. physical touch dan word of affirmatio n. Mereka sering kali terlihat berpelukan dan berciuman. Ketika bersalaman dengan anak-anak, biasanya tangan anak-anak yang dicium oleh mereka. Selain itu, mereka juga kerap memeluk dan mengucapkan kata-kata penuh kasih sayang, demikian penjelasannya.
"Paling terasa sekali kalau kita kuliah di Indonesia itu kayak ada jarak antara dosen dengan murid. Tapi kalau di Mesir itu, guru-guru tuh panggilnya ke murid, 'wahai anak-anakku'. Jadi merasa tidak ada gap (jarak), antara guru dengan murid kayak orang tua sama anak," lanjutnya.
Keadaan Sulaiman yang tetap berpindah antara Indonesia dan Mesir terus berlanjut
Walaupun sudah memilih tinggal di Mesir, Oki tetap perlu pulang ke Indonesia guna menangani perawatan sang anak terkecilnya, Sulaiman. Anak bungsu Oki ini menderita suatu gangguan genetik yang jarang terjadi. Prader Willi Syndrome (PWS).
Tiap tiga bulan sekali, Sulaiman harus mengunjungi tanah airnya guna menyelesaikan terapisinya. Anak dari Oki tersebut akan tinggal di Indonesia selama satu bulan penuh demi mendapatkan perawatannya.
Sulaiman dalam kondisi sehat, setiap harinya mendapatkan suntikan seperti sedia kala. growth hormone , kemudian harus kembali ke Indonesia setiap tiga bulan sekali," jelas Oki.
"Maka Sulaiman tinggal selama tiga bulan di Mesir dan satu bulannya di Indonesia. Alasannya adalah karena di Indonesia ia perlu menjalani serangkaian pemeriksaan medis bersama beberapa dokter, mengambil sampel darah, serta mendapatkan berbagai terapi, setelah itu barulah kembali ke Mesir," jelasnya lebih lanjut.
Saat ini Sulaiman telah berumur 4,5 tahun dan sedang menempuh pendidikan di TK. Menurut Oki, anak laki-lakinya tersebut sudah mempunyai pengetahuan tentang kosa kata, namun mengalami kendala dalam bersuara akibat kondisi sindrom yang dideritanya.
" Alhamdulillah Beberapa kata sudah dapat dimengerti olehnya. Meskipun kami berbicara dengannya dan ia mengerti, namun akibat sindrom Sulaiman memiliki apraksia, hal ini membuatnya kesulitan dalam berkomunikasi lisan. Otot serta sistem tubuh lainnya sulit dikendalikan, sehingga penyampaian ucapan Sulaiman menjadi tidak jelas," terang Oki.
Namun dalam pengertian, Sulaiman mengerti alhamdulillah , sudah diberi petunjuk mengerti. Meskipun dia memang dapat menyampaikan suatu hal, namun akibat dari apraksia membuatnya sedikit kesulitan dalam berkomunikasi lisan. Tetap saja,Dia masih mencoba. insyallah "dengan terapi semoga saja," tambahnya.
Pilihan Redaksi
|
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway , yuk join komunitas Squad. Daftar klik d i SINI . Gratis!
0 Komentar