, JAKARTA - Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit endemic yang sering menginfeksi orang banyak, khususnya pada masa hujan dan ketika kelembaban udara tinggi.
Rehabilitasi DBD yang berlangsung hingga tujuh hari mendorong sejumlah besar pasien mencari pilihan alternatif guna mengakselerasi pemulihannya.
Maka, bisakan mengonsumsi jus dewdrop persik membantu meningkatkan kecepatan penyembuhan?
Praktisi Kesehatan Masyarakat, dr Ngabila Salama, menyampaikan penjelasannya.
Ngabila menyebutkan bahwa jambu biji tidak boleh dijadikan sebagai obat utama untuk DBD, tetapi cukup berguna dan bisa berperan sebagai pelengkap terapi primer yang disarankan oleh dokter.
"Terdapat tiga keuntungan dari jus tersebut, yang pertama adalah kaya akan antioksidan guna menangkal peradangan atau inflamasi sehingga mencegah penurunan jumlah trombosit," jelas Ngabila ketika dihubungi pada hari Senin, 21 April 2025.
Keuntungan kedua dari jus jambu biji, menurut Ngabila, yaitu kaya akan flavonoid seperti kuersetin yang bisa mencegah virus dengue berkembang biak di dalam tubuh, sehingga jumlah trombosit tidak semakin berkurang.
"Ketiga, penggunaan ektrak daun jambu biji bisa menahan perkembangan virus dengue di dalam tubuh. Ini juga membantu mencegah pendarahan dengan memperbesar kadar trombosit menjadi 100.000/mikro liter selama 16 jam," terang Ngabila.
"Terapi primer untuk dengue fever melibatkan penyediaan cairan serta mencegah inflamasi," jelas Ngabila.
Ngabila menyarankan lebih baik tidak meminum jus dari kemasan, karena tingkat gula dan pengawet di dalamnya bisa merugikan proses penyembuhan.
Sebelumnya dilaporkan, Pemerintah Kota Jakartabarat lewat Bagian Dinas Kesehatan menginformasikan peningkatan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah mereka mulai dari awal tahun 2025.
Kepala seksi Pencegahan dan Kontrol Penyakit di Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Arum Ambarsari, menyebutkan bahwa jumlah keseluruhan kasus Demam Berdarah Dengue yang direkam pada Januari 2025 mencapai 186 kasus.
Angka tersebut meningkat menjadi 211 kasus di bulan Februari dan naik lagi menjadi 254 kasus di bulan Maret.
"Ini merupakan pola perkembangan jumlah kasus DBD di daerah Jakarta Barat untuk tiga bulan terakhir. Pada April 2025, sampai dengan tanggal 10 April jam 12:30 WIB, hanya dicatatkan sebanyak 53 kasus," jelas Arum saat berbicara dengan para reporter pada hari Rabu, 16 April 2025.
Arum menyatakan bahwa salah satu penyebab utama peningkatan jumlah kasus DBD di Jakarta Barat adalah tingkat kelembaban yang tinggi.
Menurut perkiraan dari Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), ketersediaan kondisi cuaca yang sesuai untuk Demam Berdarah Dengue di bulan Februari tahun 2025 akan meningkat dengan tingkat kelembapan udara sebesar 81%, ungkap Arum.
Kelembaban yang ideal bagi nyamuk terletak antara 71% hingga 83%.
Di wilayah Jakarta Barat, temperatur udara berada dalam jangkauan 25-32°C, yang mana ini dekat dengan interval optimal yaitu 25°C hingga 27°C bagi pertumbuhan nyamuk.
Arum mengatakan bahwa prediksi jumlah kasus DBD setiap bulan di Jakarta Barat adalah sekitar 7,1 kasus untuk setiap 100.000 orang.
Sudin Kesehatan Jakarta Barat terus giat dalam memonitoring vektor atau jentik nyamuk DBD dengan melakukan inspeksi mendadak pada jentik nyamuk di berbagai rumah penduduk lewat tim yang dikenal sebagai juru pemantau jentik (jumantik).
"Surveilans tersebut dijalankan dengan mengutamakan partisipasi masyarakat serta memperkuat kampanye kesehatan seputar DBD," jelas Arum.
Baca berita lainnya di WhatsApp .
Baca berita lainnya di Google News.
0 Komentar