
Artikel ini membahas cara mengatur pesan meyakinkan supaya menjadi lebih sesuai dengan permintaan pelanggan yang selalu terbatas pada waktu mereka. Semoga berguna.
---
bergabung dengan WhatsApp Channel, ikuti dan temukan kabar terkini kita disini
---
Online.com - Seseorang pernah berkata, di bidang pemasaran, pelanggan atau konsumen adalah raja. Oleh karena itu, kita wajib melayani mereka dengan seoptimal mungkin, apapun cara yang diperlukan, bahkan saat mereka tengah sangat disibukkan.
Satu metode yang dapat kami gunakan ialah melalui berbagai teknik atau pesan penjualan yang meyakinkan. Namun, bagaimana caranya supaya pesan tersebut menjadi lebih sesuai dan efektif bagi para pembeli potensial yang selalu merasa terbatas pada waktu mereka?
Agar mengubah pesan meyakinkan menjadi sesuatu yang cocok untuk konsumen dengan sedikit waktu luang, pastikan bahwa pesannya singkat, padat, serta jelas. Pakailah kata-kata sederhana tanpa menggunakan istilah khusus atau rumit, lalu tunjukkan bagaimana produk atau layanan tersebut dapat membantu mereka secara langsung. Sampaikan hal-hal esensial terlebih dahulu dan lewati saja segala informasi tambahan yang kurang berhubungan.
Berikut ini adalah beberapa metode tertentu untuk mengubah pesan agar lebih meyakinkan:
1. Ringkas dan Jelas
gunakan bahasa yang gampang dimengerti. hindari kalimat yang ribet atau sulit. pastikan pesannya jelas dan bisa diikuti dengan cepat.
Konsentrasikan diri Anda pada manfaat intinya. Uraiakan cara di mana barang dagangan atau jasa mampu mendukung pelanggan dalam menyelesaikan kendala atau mencapai keperluan mereka secara efisien dan sederhana.
gunakan contoh atau gambaran yang sesuai. Ilustrasi pendek dan jernih bisa membantu pesan menjadi lebih gampang untuk dikenali dan dimengerti.
2. Terapkan Panggilan ke Tindakan yang Kekuatan
Berikan instruksi dengan tegas: Tetapkan tujuan selanjutnya saat pelanggan telah menerima pesan (contohnya, beli langsung, berlangganan, atau mengunjungi situs web).
gunakan gaya bahasa yang meyakinkan: frasa seperti "ambil kesempatan ini," "jangan sampai terlewatkan," atau "tersedia dalam jumlah terbatas" bisa memacu pelanggan untuk langsung bertindak.
Rancang langkah-langkah sederhana: pastikan pelanggan dapat dengan cepat mendapatkan detail tambahan atau melakukan tindakan berdasarkan petunjuk yang diberikan.
3. Berdasarkan Platform dan Media Komunikasinya
Pilih medianya secara bijaksana: Pesan yang ditampilkan di media sosial bisa jadi berlainan dari pesan yang tersaji dalam surel ataupun iklan kertas.
Atur ulang format pesannya menjadi: Mungkin video singkat, infografis, atau meme akan lebih berhasil dalam mengkomunikasikan pesan yang padat namun menarik.
Perhatian terhadap durasi pesan: Kirimkan pesan singkat melalui media sosial, namun untuk email ataupun iklan cetak dapat diperpanjang.
4. Perhatikan Psikis Konsumen
Terapkan teknik cerita: Sampaikan sebuah narasi yang berkaitan dengan barang atau jasa yang Anda tawarkan guna membina rasa percaya serta menggaet minat audiens.
Terapkan gerak tubuh yang menggugah semangat: Apabila Anda sedang bertukar pikiran dengan orang lain, yakinkanlah bahwa Anda menunjukkan senyuman serta postur fisik yang hangat dan penuh keyakinan.
Sajikan sensasi khusus atau kebutuhan mendesak: Beri diskon, tawaran terbatas, atau hadiah spesial agar pelanggan segera mengambil tindakan.
5. Evaluasi dan Tingkatkan
Monitor performa pesan: Manfaatkan indikator seperti rasio klik-ke-masuk, rasio konversi, atau umpan balik dari pelanggan guna menilai sejauh mana keberhasilan pesan yang telah disampaikan.
Lakukan tes dengan beragam pesan: Cobalah menggunakan variasi format, bahasa, serta ajakan bertindak untuk menentukan mana yang paling berhasil.
Modifikasi pesan sesuai dengan hasil penilaian: Jangan ragu untuk menyesuaikan pesan atau taktik Anda apabila belum mencapai tujuan yang ditargetkan.
Mengapa perlu memenuhi keperluan konsumen atau klien kita?
Di bidang usaha, memahami tindakan para pelanggan adalah hal esensial untuk mencapai sukses dalam merancang strategi penjualan. Mengenal alasan serta cara di mana pelanggan menentukan pembelian mereka sangatlah vital guna menyempurnakan pengembangan barang dan jasa agar sejalan dengan permintaan pasar.
Menurut Philip Kotler dalam karyanya berjudul Prinsip-princp Pemasaran (2000), salah satu ahli pemasaran ternama, perilaku konsumen mengacu pada seluruh tindakan yang melibatkan proses di mana individu maupun grup menentukan, memperoleh, menggunakan, atau mendisposisi barang, layanan, gagasan, atau pengalaman guna memenuhi kebutuhan serta hasrat mereka.
Ide utama ini menggarisbawahi betapa krusialnya untuk memahami alur perubahan dan dorongan di balik tiap gerakan pelanggan, termasuk juga cara dimana sejumlah elemen bisa menciptakan pilihan dan pemutusannya dalam belanja.
Menurut Penpoin, perilaku konsumen dalam hal pembelian dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yakni:
1. Pengadaan berkala atau kebiasaan pembelian
Pembelian berkala atau menjadi suatu kebiasaan merupakan tipe pola perilaku konsumen dimana seseorang atau grup orang melakukan transaksi beli secara konsisten dan tidak lagi membutuhkan evaluasi menyeluruh setiap kali melakukannya. Umumnya, aktivitas ini terjadi pada pengadaan barang-barang yang dibutuhkan dalam keseharian dengan frekuensi tertentu.
Misalnya saja membeli bahan makanan utama, barang-barang kebersihan seperti sabun atau pengharum laundry, hingga perlengkapan diri lainnya seperti odol. Pemilihan belanja untuk jenis-jenis tersebut umumnya berdasar pada pola lama atau selera tertentu dan jarang dilakukan penilaian mendalam tentang alternatif produk yang tersedia dipasar.
2. Pembelian berdasarkan informasi
Tipe tingkah laku ini mengacu pada pelanggan yang membuat pemesanan sesudah mendapatkan data-data penting tentang barang atau jasa yang hendak mereka beli. Umumnya, para pengguna tersebut bakal menjalankan survei awal guna menganjurkan beberapa jenis komoditi, menilai spesifikasi dan keuntungannya, selain itu juga merencanakan aspek-aspek semacam tarif, standar, dan popularitas perusahaan.
3. Pembelian impulsif
Tindakan tersebut dikenal sebagai pengambilan keputusan pembelian yang cepat dan spontan, biasanya disebabkan oleh perasaan emosi atau stimulasi dari luar. Para konsumen yang membeli secara impulsif umumnya tidak banyak berpikir tentang aspek-aspek tertentu dari barang atau jasa yang ingin mereka beli; malah, perilaku mereka lebih didorong oleh hasrat pada momen tersebut.
Umumnya, transaksi semacam itu berlangsung untuk produk-produk yang menarik secara estetika atau mempunyai pesona visual yang tinggi, contohnya camilan, permen, atau benda-benda kecil di dekat kasir toko.
Kotler menyatakan bahwa tingkah laku pembeli terbentuk melalui pengaruh beberapa elemen, seperti aspek budaya, social, individu, serta psikologi. Di bawah ini adalah uraiannya:
1. Faktor budaya
Kebiasaan, aturan, prinsip, serta keyakinan yang dipegang oleh sebuah komunitas bisa berdampak pada pilihan dan pengambilan keputusan pembelanjaan para pelanggan. Variasi budaya di antara grup sosial maupun dari satu negeri hingga lainnya turut menetapkan sikap konsumen secara signifikan.
2. Faktor sosial
Hubungan sosial yang kita miliki dengan anggota keluarga, sahabat, ataupun kawan seusia bisa sangat berpengaruh pada pilihan serta keputusan membeli barang oleh konsumen. Saran dan pendapat dari individu di lingkaran pergaulan biasanya merupakan faktor penentu utama saat melakukan transaksi belanja.
3. Faktor pribadi
Ciri khas individu seperti umur, gender, penghasilan, tingkat pendidikan, atau latar belakang sosial pun ikut menentukan pola perilaku pembeli. Sebagai contoh, selera serta rutinitas dalam berbelanja mungkin akan bervariasi di antara kaum milenial dibandingkan dengan generasi X.
4. Faktor psikologis
Motivasi, persepsi, sikap, serta cara belajar pun berperan dalam mengarahkan bagaimana konsumen menerjemahkan data dan menyusun keputusan pembelian mereka.
Berikut ini adalah artikel mengenai cara memodifikasi pesan persuasif supaya menjadi lebih sesuai dengan permintaan pelanggan yang selalu terbatas pada waktu mereka. Mudah-mudahan informasi tersebut berguna.
Artikel ini disusun menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI). Mohon digunakan informasinya secara tepat sasaran.
0 Komentar