Menurut Psikologi: 9 Karakteristik Pria Berisiko Tinggi Selingkuh di Kantor, Waspadai Isyarat Tersembunyi Ini

- bayangkan lingkungan perkantoran yang padat dengan kegiatan. Di dalamnya para pekerja berbagi dokumen berkaitan tugas mereka, ada juga orang yang pergi untuk mendapatkan secangkir kopi, serta terdapat gelak tawa dan candaan hangat di udara.

Akan tetapi, ironisnya dalam percakapan yang kelihatan gembira itu, ada petunjuk pemberitahuan halus yang umumnya luput dari pengamatan, khususnya bila berkaitan dengan pekerjaan di lingkungan kantor.

Berdasarkan ilmu psikologi, karakteristik individu bisa mengarahkan keputusan kita, termasuk hal-hal yang disembunyikan saat bekerja. Seperti dilaporkan oleh Geediting, ada sembilan tanda-tanda pada pria yang lebih berpotensi berselingkuh di lingkungan pekerjaan.

Hal ini tidak bertujuan untuk mencemarkan nama baik siapa pun atau merubah lingkungan kerja menjadi tempat yang dipenuhi oleh rasa curiga. Sebaliknya, tujuannya adalah menyediakan pemahaman baru, mendorong introspeksi diri dengan kesungguhan, serta bisa membantu menetapkan batas-batas interaksi yang lebih sehat di antara sesama pekerja.

1. Memiliki keyakinan untuk menerima begitu banyak penghargaan dan ucapan positif

Perasaan haus akan pujian atau penghargaan dapat sangat rumit diartikan dalam keseharian kita. Akan tetapi, laki-laki yang memiliki kepercayaan diri tinggi cenderung menganggap bahwa beberapa norma dan batasan tidak relevan baginya.

Mungkin ia merasa layak untuk mendapat lebih banyak penghargaan atau pujian dibanding apa yang sekarang diterimanya.

Tetapi, apabila kepercayaan diri ini tidak ditangani dengan benar, bisa jadi akan memunculkan peluang untuk berselingkuh, khususnya di tempat kerja dimana ia menginginkan pengakuan dari kolega lain.

Sebagian besar laki-laki yang belum pernah mempelajari bagaimana mengendalikan dirinya atau menanganai rasa frustrasi bisa jadi akan bergantung pada orang lain untuk melengkapi kekurangan tersebut. Mereka dapat merasa layak mendapat cinta dan kasih sayang meski hal itu sudah keluar dari batasan wajar.

2. Punya kendala terkait pembatasan di tempat kerja

Memiliki batasan yang sehat berarti Anda mengetahui di mana rasa hormat profesional berakhir dan keintiman emosional atau fisik dimulai. Pria yang berjuang dengan masalah batasan di tempat kerja sering kali mengirim pesan terlalu pribadi setelah jam kerja.

Mereka bisa jadi orang yang sama, yang sering bercengkerama di pojokan kantoran sambil menyembunyikan diri dalam obrolan soal pekerjaan “penting”. Menurut pandangan Dr. Gabor Maté tentang kesadaran emosi, jika seorang individu belum mempelajari pentingnya menjaga privasi mereka sendiri, maka kemungkinan besar mereka akan sulit menghormati batas-batas milik orang lain.

Mereka bisa saja gampang tergoda oleh hal-hal yang kurang tepat di tempat kerja. Membatasi diri tak cuma berarti menolak perkara-perkara besar, tapi juga mampu mendeteksi ketika obrolan sehari-hari atau pesan teks mulai melenceng dari batas profesi.

3. Selalu ingin mencoba sesuatu yang berbeda

Banyak laki-laki menikmati sensasi dan petualangan berisiko tinggi. Rutinitas pekerjaan di kantor bisa membosankan bagi mereka, sehingga mereka mungkin mencari tantangan atau stimulasi tambahan, bahkan melalui hubungan profesional dengan kolega.

Pencari hal baru biasanya menjelajahi pengalaman terbaru sebagai cara melawan rasa bosan. Hal ini tidak berarti bahwa kegembiraan itu sendiri yang menjadi masalah.

Tetapi, jika seseorang secara konstan mencari stimulasi segar, mereka kemungkinan besar tak akan berakhir hanya dengan perasaan emosi atau aktivitas seksual yang mengganggu keyakinan.

4. Manajemen stres yang buruk

Lingkungan pekerjaan dapat menimbulkan stres, dan sebagian pria merespons tekanan tersebut dengan mencari kenyamanan emosi maupun fisik melalui jalan-jalan negatif. Apabila dia sedang dibebani oleh batas waktu serta perselisihan, godaan dalam lingkungan kerja mungkin tampak sebagai suatu bentuk kebebasan.

Mungkin sebatas memerlukan waktu untuk melepas beban dari tekanan yang terus-menerus atau menemukan motivasi ketika suatu projek tak berjalan seperti yang direncanakan. Stres bisa meredupkan pertimbangan.

Studi mengindikasikan adanya hubungan antara profesi berpressure besar dengan peningkatan perpisahan emosi dalam kehidupan keluarga. Saat rumah tampak semakin menjauh, laki-laki yang kurang mahir meredam stress cenderung mencari koneksi lebih dekat di tempat kerja sebagai alternatif.

5. Rasa tidak percaya diri yang masih mengganggu

Kekurangan kepercayaan diri merupakan suatu karakteristik yang belum tentu diwujudkan dalam bentuk keragu-raguan akan kemampuan diri. Akan tetapi, kadang-kadang laki-laki mencoba untuk menyeimbangkan perasaan ketidakmampuan mereka dengan menyatakan nilai dirinya melalui tindakan-tindakan yang bersifat berbahaya.

Di lingkungan kerja, mendapatkan pengakuan dari salah satu kolega bisa memperbaiki rasa percayanya yang tergoncang sesaat. Perselingkuhan bukan lagi soal hasrat asli, melainkan tentang pemberian semacam suntikan ego yang instan.

6. Sejarah keputusan impulsif

Karakteristik impulsiv bisa timbul dengan beragam cara: misalnya dia cenderung pindah-pindah pekerjaan secara berkala atau membelanjakan uang untuk sesuatu yang tak seharusnya dibeli saat itu juga. Ciri impulsif ini pun tampak pada bagaimana ia menangani rayuan maupun hubungan emosi di lingkungan profesional.

Seperti yang dikemukakan oleh Mark Manson, "Perbaikan dalam setiap aspek hidup berakar dari ribuan kali kegagalan kecil, dan ukuran kesuksesan besar Anda bergantung pada betapa seringnya Anda gagal dalam suatu usaha."

Walaupun ini juga berlaku untuk perkembangan diri, orang dengan ciri kepribadian impulsif mungkin enggan mengekspos kesalahan-kesalahan yang terus-menerus mereka lakukan. Meski demikian, perilaku impulsif bukanlah jaminan bahwa seseorang pasti akan berselingkung, namun kondisi tersebut memperbesar peluangnya.

Kemunculan tiba-tiba tersebut bisa jadi telah mendatangkannya ke dalam suatu masalah risiko sebelum dia sempat memikirkan akibatnya.

7. Cenderung mengambil alih penjelasan tentang tingkah laku negatif

Alasan kecil bisa berkembang menjadi dalih besar bagi seseorang untuk berselingkuh. Orang tersebut mungkin meremehkan pesan-pesan, tetap menegaskan bahwa dia tak akan melewati batas tapi secara terus-menerus melakukan provokasi, lalu kemudian memutar balikan cerita dengan cara yang licik.

Orang yang kerap membela diri atau meremehkan tingkah laku negatif, bisa jadi sedang berusaha untuk hindar dari kewajiban mereka. Inilah inti permasalahan tersebut. Meski pelanggaran itu sendiri belum terjadi, pemikiran seperti itu mungkin akan menjurus kepada tindakan selingkuh di kemudian hari.

8. Ketidakmampuan untuk merasakan penyesalan terhadap kesalahan di masa lalu

Orang yang belajar dari kesalahan akan mengembangkan rasa tanggung jawab. Namun, jika seorang pria mengabaikan kesalahan hubungan di masa lalu, itu adalah isyarat bahwa dia mungkin tidak melihat perselingkuhan sebagai pengkhianatan yang serius.

Seseorang yang memandang perlakuannya semena-mena pada pasangan lamanya hanyalah sebuah kesalahan kecil, kemungkinan besar juga bakal melakukan hal serupa di tempat kerja. Apabila dia tak pernah betul-betul menyadari dampak dari tingkah lakunya di waktu lampau, maka dia cenderung akan terus bertingkah demikian tanpa banyak pertimbangan.

9. Daya tarik sosial yang berlebihan

Dia ahli dalam menganalisis bahasa tubuh, selalu memberikan pujian, serta terlihat sangat percaya diri. Tidak ada yang salah dengan memiliki daya tarik personal. Namun, masalah timbul saat pesonanya menyembunyikan integritas aslinya dan digunakan sebagai alat manipulatif atau meredam batasan etis profesi.

Seperti yang disampaikan oleh Brené Brown, "Terbuka akan membuat kita berisiko tetapi hal itu penting bila kita mengharapkan kedekatan." Hubungan yang tulus membutuhkan ketulusan serta kesediaan untuk ditampilkan sebagai aslinya sendiri.

Tetapi, individu yang sangat mempesona bergantung pada kata-kata manis dan pesona permukaan untuk mendapatkan perhatian orang lain. Mereka mungkin yakin bahwa keahlian mereka dalam berinteraksi sosial bisa melindungi diri dari masalah, atau dengan sembunyinya merancang skenario bagi tugas-tugas pekerjaan yang harus tetap Rahasia.

Posting Komentar

0 Komentar