Omed-omedan Bali: Rahasia di Balik Tradisi Penuh Cinta dan Sentuhan

Omed-omedan merupakan kebiasaan di mana pemuda-pemudi Bali saling tarik-menarik, memeluk, serta mencium satu sama lain. Kegiatan ini sering kali dimisuhkan oleh beberapa pihak menjadi sebuah acara ciuman masal.

Awalnya tradisi Omed-omedan Merupakan aktivitas alami warga Banjar Kaja yang saat ini telah berkembang menjadi suatu festival budaya yang menyedot minat para pelancong.

Kapan biasanya tradisi Omed-emedan diadakan? Umumnya, acara Omed-emedan berlangsung selama peringatan Ngembak Geni, yang merupakan moment suci untuk merayakan Tahun Baru Saka.

Keunikan tradisi ini mencerminkan perayaan kesehatan jasmani dan rohani bersama-sama. Apa sebenarnya Tradisi Omed-emedan serta bagaimana prosedurnya dilakukan?

Apa Itu Tradisi Omed-omedan?

Tradisi Omed-omedan merupakan tradisi yang berasal dari Denpasar-Bali yang bertujuan untuk menjalin relasi antar warga dan memperkuat ikatan sosial. Omed-omedan dalam bahasa Indonesia berarti tarik-menarik.

Dalam penerapannya, kebiasaan khas Omed-emedan ini melibatkan pemuda yang akan salingcoles. berpelukan , mencium, dan bercandai satu sama lain.

Umumnya, tradisi Omed-emedan melibatkan dua grup dimana setiap grup menyediakan seorang perwakilan yang akan ditarik menghadirkan ke posisi pertama.

Dua individu yang dikawal ini perlu memeluk dengan kuat. Sementara itu, para anggota tim akan mencoba melepaskan pelukan mereka. Jika tak berhasil, panitia pun siap untuk menggotong banyak air ke arah keduanya.

Dalam adat Omed-omedan, sepasang pemuda-pemudi umumnya saling memeluk dengan erat dan bisa jadi akan bertabrakan pipi atau mencoba mencium.

Inilah yang menyebabkan tradisi Omed-emedan sering dimisalkan salah sebagai acara ciuman masal. Sebetulnya, tujuan utamanya adalah memupuk perasaan persatuan dan kedekatan antara para remaja laki-laki dan perempuan dalam masyarakat tersebut.

Asal-usul dan Objektif Tradisi Omed-omedan

Menurut sumber dari Payana Dewa, asal-usul kebiasaan Omed-omedan diyakini datang dari wilayah istanasuara Puri Oka yang terletak di kawasan desa Sesetan, Selatan Denpasar.

Pada waktu tersebut, kepala kerajaan Puri Oka ialah Anak Agung Made Raka, sementara dia dikenal dengan sebutan Ida Bhatara Kompiang dan tengah mengidap penyakit.

Warga kerajaan pada masa tersebut menciptakan inisiatif dengan mengembangkan permainan tarik-menarik. Seiring waktu, permainan ini berkembang menjadi sebuah aktivitas di mana mereka saling merengkuh satu sama lain, sehingga membawa atmosfer yang lebih riuh dan ceria.

Ini menyebabkan Raja Puri Oka yang tengah sakit menjadi terganggu dan ia pun memilih untuk mendatangi kerumunan tersebut sambil dipenuhi kemarahan.

Ketika sang raja dari Puri Oka menyaksikan pertunjukan itu, kesakitannya mulai mereda hingga pada akhirnya hilang sama sekali. Akibatnya, raja memberkati agar warga mengubah Omed-omedan menjadi suatu ritual berkala yang digelar tiap tahun saat Ngembak Geni atau satu hari pasca Lebaran. hari raya Nyepi .

Pesan Di Balik Tradisi Omed-emedan

Maka, apa sebenarnya maksud dari tradisi Omed-emedan di Bali itu?

Objektif dari ritual ini tidak terlepas dari filosofi serta arti di balik Omed-emedan, salah satunya adalah untuk mewujudkan persatuan dan rasa kekeluargaan.

Proses dorong-menarik pada acara Omed-omedan melambangkan semangat keserakan dan kolaborasi di kalangan warga setempat. Acara tersebut pun membantu memperkuat perasaan kebersamaan serta menguatkan tali hubungan sosial yang ada.

Di samping itu, Omed-omedan mencerminkan filsafah tentang penerimaan dan kasih sayang. Saat remaja laki-laki dan perempuan berbagi kecupan dan pelukan yang mendalam, mereka melakukan kontak fisik. Ini melambangkan sikap menerima diri sendiri maupun sesama, sekaligus memperkuat rasa cinta dan penghargaan antar satu sama lain.

Omed-omedan pun menjadi waktu untuk menyampaikan rasa kangen. Budaya ini memperbolehkan komunitas untuk berkumpul bersama, terlebih lagi bagi para remaja putra dan putri yang kemungkinan sudah lama tidak bertatap wajah, sehingga mereka bisa mengekspresikan kecintaannya tersebut.

Prosedur Implementasi Tradisi Omed-omedan

Prosedur serta implementasi dari tradisi Omed-omedan umumnya diatur oleh petugas kebudayaan lokal atau pecalang. Acara ini melibatkan pemuda dan pemudi yang berusia antara 17 hingga 30 tahun. Setelah itu, mereka akan dibagi menjadi dua grup terpisah, yaitu satu untuk laki-laki dan lainnya untuk perempuan.

Pembukaan tradisi Omed-emedan dimulai dengan ritual sembahyang serta pengucapan doa demi mendapatkan berkat dan kesejahteraan.

Selanjutnya adalah penampilan tarian Barong Bangkung atau Barong Babi. Penyajian ini dimaksudkan untuk mengenang insiden tentang babi hutan yang bertarungan sengit dan bahkan terluka parah ketika adat Omed-emedan di Desa Sesetan tidak diterapkan pada waktunya.

Setelah penampilan tarian barong, kedua grup yang terbentuk atas dasar gender — satu laki-laki dan satunya lagi perempuan — menghadapkan diri mereka kepada masing-masing tim lainnya dengan posisi bergandengan tangan dan kemudian memulai atraksi serupa tarikan tambang.

Ketua grup akan mengirim sinyal, setelah itu para anggotanya akan berinteraksi dengan mendorong, memeluk, dan mencium satu sama lain.

Ketika kedua kubu mulai mendorong satu sama lain, petugas pecalang akan menyemprotkan air kepada mereka guna menghilangkan energi buruk. Tindakan penyiraman ini pun mencerminkan perayaan atas kehidupan dan kelahiran baru.

Setelah rangkaian acara Omed-emedan usai, biasanya diselenggarakan ritual ibadah serta pesta makan bersama yang menandakan perasaan terima kasih atas kemesraan dan persaudaraan yang telah dibina dalam komunitas tersebut.

Omed-omedan bukan sekadar tradisi Tarian dan pelukan sederhana namun bermakna dalam tentang pembersihan diri serta perayaan persatuan. Tradisi ini menjadikan salah satu dari acara budaya unggulan di Bali yang berhasil menarik banyak turis datang.

Posting Komentar

0 Komentar