
jabar. , KABUPATEN BOGOR – Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor berhasil membiakkan dan menetas 4 ekor Kodok Merah (Leptophryne cruentata) di luar lingkungan aslinya.
Spesies asli Jawa yang terancam punah ini termasuk dalam kategori perlindungan menurut Peraturan Menteri Lingkutan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.
Pengembangbiakan itu kini menjadi simbol penting upaya penyelamatan keanekaragaman hayati Indonesia yang terancam akibat perusakan habitat dan perubahan iklim.
Tim konservasi Taman Safari Bogor berhasil mendokumentasikan seluruh proses reproduksi dan metamorfosis spesies langka ini, mulai dari perkawinan, peneluran, hingga perkembangan menjadi kodok dewasa.
"Ini tanpa diragukan lagi merupakan prestasi yang sangat membanggakan, mengingat ini adalah usaha pemulihan dari salah satu harta alam langka di Indonesia," ungkap Direktur Taman Safari Indonesia, Drs Jansen Manansang.
Keberhasilan tersebut tentu membuka harapan baru bagi konservasi amfibi endemik yang terancam kepunahan.
TSI Bogor sudah berusaha ekstra dalam mendirikan suasana hidup yang sempurna untuk perkembangbiakan kodok merah, dengan mensimulasikan akurat temperatur, tingkat kelembapan serta elemen-elemen lingkungan dari tempat aslinya di gunung-gunung Jawa Barat.
Hasil ini menunjukkan dedikasi Taman Safari Indonesia dalam mensupport tujuan pelestarian satwa liar baik di tingkat negara maupun internasional.
Saat prosesi perkawinannya berlangsung, kodok merah jantan memproduksi bunyi unik yang belum pernah dicatat sebelumnya.
Peneliti menyebutkan bahwa setiap kali bertelur, seorang kodok merah betina bisa memproduksi antara 50 sampai dengan 150 butir telur. Meskipun tampak banyak, hal itu justru merupakan jumlah yang sedikit dibandingkan strategi perkembangbiakan mereka yang dipilih secara hati-hati serta lingkungan hidupnya yang terbatas.
Tim konservasi berhasil mendokumentasikan tahapan metamorfosis lengkap, hari ke 0-4 merupakan masa perkembangan telur.
Pada hari ke 6 hingga 18, fase pengembangan mulut dan organ dalam tubuh, berudu telah menjadi lebih aktif untuk mencari makanan pada bebatuan.
Hari ke 60-76, Fase yang menunjukan perkembangan morfologis yang signifikan ditandai dengan pertumbuhan kaki belakang dan diikuti dengan pertumbuhan kaki depan.
Pada hari ke 90 hingga 95, Berudu berhasil menuntaskan proses metamorfosisnya dan berjalan untuk pertama kalinya di atas tanah, sementara ekornya perlahan memudar.
Hari ke 95-100, Pada fase ini katak merah telah menuntaskan semua proses metamorfosisnya dan secara keseluruhan sudah siap menghadapi lingkungan di daratan.
"Dokumentasi penuh tentang kehidupan kodok merah yang telah kita laksanakan membawa manfaat ilmiah yang signifikan," ungkap Wakil Presiden Bidang Ilmu Kehidupan di Taman Safari Indonesia, drh. Bongot Huaso Mulia.
Mereka mengidentifikasi bahwa mutu air dan lingkungan hidup yang unik merupakan elemen penting bagi kesuksesan perkembangbiakan jenis tersebut.
"Ini semua akan diumumkan dalam jurnal ilmiah internasional sebagai sumbangan dari Indonesia kepada keilmuan dunia mengenai pelestarian amfibian," ungkapnya.
Prestasi ini menandai tonggak penting dalam upaya global melindungi keanekaragaman hayati, khususnya amfibi yang terancam punah.
Keberhasilan program penangkaran ini diharapkan dapat diterapkan untuk spesies langka lainnya, serta mendukung program pelepasliaran di masa depan. (mar7/jpnn)
0 Komentar