
Pernahkah kau merasa ingin melakukan sesuatu tetapi mendadak ada suara kecil dalam pikiranmu berkata, "Kau tidak cukup baik," atau "Sepertinya kau akan gagal nanti"?
Jika Anda kerap menghadapi situasi seperti itu, bisa jadi Anda tengah meragukan diri sendiri. Menariknya lagi, emosi tersebut umumnya memiliki dasar yang kuat, terutama berasal dari pengalaman di masa kanak-kanak.
Menurut artikel di Blog Herald tanggal Jumat (25/4), inilah tujuh pengalaman anak-anak yang mungkin menjadi penyebabmu kerap kali meragukan kemampuan diri sendiri.
1. Seputarmu Banyak Orang yang Kritis terhadap Lingkungan Anda
Apakah Anda pernah merasakan ketika akan memutuskan sesuatu dan pikiran negatif dalam benak mulai menjelek-jelekan tiap opsi? Pikiran tersebut tidak timbul tanpa sebab. Umumnya, hal itu merupakan dampak dari pertumbuhan di lingkungan yang sungguh sangat kritikal.
Jika Anda sering menerima komentar menyakitkan, ejekan, atau kritikan keras setiap kali melakukan kesalahan sejak masih anak-anak, kemungkinan besar Anda akan berkembang dengan mindset bahwa segala sesuatu yang Anda lakukan selalu dianggap keliru. Hal ini tidak hanya berhubungan dengan cara pengasuhan tetapi juga tentang bagaimana Anda menyerap semua hal negatif tersebut secara internal.
2. Bertumbuh Di Bayang-Bayangi Sang Kakak Tertua
Untuk kalian yang memiliki saudara laki-laki atau perempuan berprestasi tinggi, mungkin sudah tak asing lagi mengalami perbandingan konstan. "Jika dia saja berhasil, kenapa tidak kamu?" Atau bahkan,"Saudaramu saat masih remaja telah mencapai hal-hal tersebut." Seiring berjalannya waktu, Anda mulai merasakan bahwa apa pun capaian Anda selalu dianggap kurang.
Pembandingan yang berkelanjutan ini membuat Anda kurang percaya diri dan seolah-akan hidup di bayang-bayang orang lain. Secara tak sadar, Anda mulai meragukan kemampuan sendiri karena setiap kesuksesan yang dicapai selalu tampak kecil ketika dibandingkan dengan milik mereka.
3. Kurangnya Dukungan Emosional
Dukungan emosional tak hanya berarti ada ketika anak sedih dan menangis. Ini juga melibatkan pendengaran yang baik, mengakui perasaannya, serta membantunya dalam menyelaraskan emosi mereka.
Jika sejak kecil kamu tidak pernah merasa dipahami, besar kemungkinannya kamu berkembang sambil memiliki ketidakpastian tentang perasaan dan keputusanmu sendiri. Hal ini mungkin disebabkan oleh pendekatan pengasuhan yang kurang mendalam dalam hal hubungan emosional.
Pada saat menjadi dewasa, mungkin Anda akan merasakan ketidakpastian sendirian, bertanya-tanya apakah pilihan yang dibuat sudah tepat ataukah emosi yang dialami memang wajar. Rag-rag tersebut sebenarnya merupakan ekspresi lain dari kurangnya rasapercaya diri.
4. Gagal saat masih muda tanpa memiliki apapun Support System Memadai
Setiap anak tentunya pernah mengalami kegagalan. Namun, apa yang memisahkan mereka ialah bagaimana mereka menangani kekecewaan tersebut—apakah melaluinya dengan dukungan atau malahan dengan penolakan? Jika seseorang gagal saat masih muda tanpa memiliki sistem pendukung yang kuat, hal ini dapat menyebabkan timbulnya rasa traumatis terkait kekalahan.
Ini bukan hanya ketakutan akan kegagalan tetapi juga rasa takut untuk mencoba. Sebabmu sudah yakin bahwa kegagalan berarti akhir dari semuanya. Hasilnya? Kamu menjadi kerap meremehkan kemampuan diri sendiri.
5. Dipaksa Menjadi Sempurna
Pernah mengalami bahwa untuk mendapatkan penerimaan atau penghargaan, kita perlu melaksanakan semua hal secara sempurna? Jika Anda dibesarkan dalam suatu lingkaran sosial yang selalu mematok prestasi tertinggi sebagai standar, besar kemungkinan Anda akan memiliki ekspektasi tidak masuk akal terhadap diri sendiri.
Permasalahannya adalah, saat Anda tak memenuhi standar tersebut, Anda cenderung mengkritik diri sendiri. Hal ini membuat Anda merasa kurang dari apa adanya. Sebenarnya, intinya bukan di Anda melainkan pada harapan-harapan yang terbentuk semenjak kecil akibat pendidikan orang tua yang selalu mendesak untuk menjadi sempurna.
6. Terlalu Sering Dipuji
Sekilas kedengarannya aneh, namun memuji seseorang berlebihan pun dapat menjadi boomerang. Jika sejak kecil kamu selalu diberi pujian bahkan untuk hal-hal kecil, maka besar kemungkinan kamu akan berkembang dengan mindset bahwa kasih sayang serta pengakuan baru didapat saat mencapai prestasi tertentu atau menjadi nomor satu dalam segala aspek.
Ini dapat menyebabkan perasaan takut akan kegagalan karena Anda khawatir kehilangan penghargaan orang lain. Ketika tujuan itu tidak tercapai, hal tersebut membuat Anda menjadi kurang percaya diri. Puji-puji yang seharusnya meningkatkan rasa hormat diri sendiri justru berubah menjadi beban tambahan.
7. Orang Tua Yang Sangat Overprotektif
Orang tua yang terlalu protektif memang niatnya baik, mereka ingin menjaga kamu dari kesulitan. Tapi dampaknya? Anak nggak pernah punya kesempatan untuk mencoba, jatuh, lalu belajar bangkit sendiri.
Bertumbuh dalam situasi seperti itu dapat menyebabkan keragu-raguan tentang keterampilan Anda. Sebab Anda tidak biasanya memutuskan sesuatu atau menangani tantangan secara mandiri, maka Anda berkembang sebagai individu dewasa yang sering kali meragukan kapabilitas dirinya sendiri.
Perlindungan berlebihan ini juga menjadi salah satu metode pengasuhan yang kelihatannya penuh kasih sayang, namun sebenarnya dapat menahan perkembangan mental si kecil secara jangka panjang.
Segala sesuatu di atas dapat menciptakan pandanganmu tentang dirimu sendiri pada hari ini. Baik itu ingatan akan detil masa kecilmu hingga metode pendidikan yang mungkin terlalu ketat atau justru terlalu santai. (*)
0 Komentar